PENYAKIT TROMBOEMBOLI VENA
A. TAMPILAN KLINIK TROMBOEMBOLI VENA
1.
Mayoritas pasien dengan
tromboemboli vena tidak pernah mengalami simtom dari kejadian akut
2.
Simtom DVT termasuk
pembengkakan kaki, nyeri, melunak, eritema, dan rasa hangat. Tanda fisik bisa
termasuk palpable cord dan tanda Homan positif
3.
Sindrom pasca trombtik (komplikasi
DVT berkepanjangan yang disebabkan kerusakan pada katup vena) bisa
menyebabkan pembengkakan ekstremitas bawah kronik, nyeri, melunak, hilangnya
warna kulit, dan ulser.
4.
Simtom PE termasuk dyspnea
(= kesulitan bernafas), tachypnea (= bernafas secara cepat dan tidak teratur),
nyeri dada pleuritik, takikardi, palpitasi, batuk, diaforesis, dan hemoptysis
(= batuk yang mengeluarkan darah). Kolaps kardiovaskular, yang ditandai dengan
cyanosis, syok, dan oliguria, merupakan tanda kondisi yang berbahaya.
B. DIAGNOSIS TROMBOEMBOLI VENA
a.
Penilaian kondisi pasien sebaiknya
difokuskan pada factor resiko (seperti, meningkatnya usia, operasi besar,
sebelumnya sudah mengalami tromboemboli vena, trauma, keganasan, dan kondis
hiperkoagulasi). Tanda dan simtom DVT
adalah non spesifik, dan dibutuhkan uji yang objektif untuk memastikan
diagnosis.
b.
Studi kontras radiografi adalah
metode paling akurat dan bisa diandalkan untuk diagnosis tromboemboli vena.
Dengan Kontras venografi bisa divisualisasikan seluruh system vena pada
ekstremitas bawah dan abdomen. Dengan Angiografi pulmonal bisa divisualisasikan
arteri pulmonal. Diagnosis tromboemboli vena bsia dilakukan jika ditemukan
defek pada pengisian intraluminal yang bertahan dengan sinar x.
c.
Karena studi kontras mahal,
invasive, dan secara teknis sulit dilakukan dan evaluasinya, uji non-invasif
(seperti, ultrasonografi dan scan ventilasi-perfusi [V/Q]) sering digunakan
untuk evaluasi awal pasien yang dicurigai mengidap tromboemboli vena.
d.
Ultrasonografi Doppler bisa dengan
sensitive mendeteksi trombus besar yang menutup vena proksimal tapi relative
tidak sensitive untuk thrombus lebih kecil yang tidak menutup vena serta
thrombus vena betis. Ultrasonografi Doppler juga berguna untuk menilai
kompetensi katup vena.
e.
Scan V/Q adalah uji skrining utama
untuk tromboemboli vena. Defek kecil pada perfusi ke jaringan paru bisa
dideteksi, tapi defek perfusi pulmonal adalah non spesifik. Ventilasi ke
jaringan paru ditentukan dengan inhalasi partikel radiolabel yang dibentuk
aerosol; lalu diambil gambar sinar-x dari distribusi aliran udara pada alveoli.
Jka bagian besar jaringan paru diventilasi tapi tidka diperfusi (ketidakcocokan
V/Q), ada kemungkinan besar untuk PE. Hasil ditafsirkan sebagai
kemungkinan normal atau tinggi, kemungkinan intermediet, atau kemungkinan
rendah untuk PE, tapi pasien dengan kemungkinan intermediet sebaiknya
menjalani ultrasonografi ekstremitas bawah karena kebanyakan pasien dengan PE
mempunyai antecedent DVT.
f.
Penilaian klinik meningkatkan
akurasi diagnosa untuk uji objektif non-invasif. Factor utama untuk DVT termasuk: (1) kanker aktif; (2) lumpuh,
paresis (= lumpuh sebagian, kelemahan otot), atau tidak bisa menggerakkan kaki;
(3) istirhaat total >3 hari dalam 4 minggu; (4) operasi besar dalam 4
minggu; (5) pelunakan setempat sepanjnag vena dalam; (6) pembengkakan betis dan
paha; (7) pembengkakan betis 3 cm lebih besar dari betis lain yang normal; dan
(8) riwayat keluarga untuk DVT.
g.
Jika hasil dari penilaian klinik
dan ultrasonografi berlawanan, bisa dilakukan venografi atau angiografi untuk
memastikan diagnosis.
C. HASIL YANG DIINGINKAN
Tujuan perawatan tromboemboli vena
adalah mencegah perkembangan PE dan sindrom pasca trombotik, untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas dari kejadian akut, dan untuk mengurangi
efek samping dan biaya perawatan.
0 Response to " Penyakit Tromboemboli Vena "
Post a Comment