Mencari Ilmu dan Meraih Nilai dalam Ujian
Ujian kehidupan dapat berupa kenikmatan atau musibah. Ketika mendapat
kenikmatan bagaimana kita menyikapi dengan besyukur kepada-Nya dan bila
mendapat musibah bagaimana kita dapat bersabar menghadapinya. Allah berfirman :
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan saja mengatakan,kami beriman sedangkan mereka tidak mendapatkan
ujian,-Dan sesungguhnya Kami (Allah) telah menguji orang-orang yang sebelum
mereka, sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan (juga)
mengetahui orang-orang yang pendusta.(QS 29: 1-2). Dengan demikian hidup identik dengan ujian,
bahkan ketika merasa beriman pun pasti mendapat ujian. Allah ingin mengetahui
mana hambanya yang benar benar beriman dan mana yang hanya omong doang. Hidup
dan ujian layaknya bumi dan bulan yang selalu beriringan. Seperti dalam firman
Allah dalam surat Attaubah 126 :” Tidakkah
mereka memperhatikan (sadar) bahwa mereka diuji (dicoba) dalam setiap tahun
sekali (ujian ) atau dua kali setahun,kemudian (dengan ujian itu) mereka tidak
juga mau bertaubat (atas kesalahannya) dan juga tidak mau mengambil pelajaran
(mengingat) kepada Allah”.
Perkuliahan semester ganjil tak terasa telah kita lalui, dan kini tiba
saatnya kita melaksanakan ujian semester sebagai laporan pertanggungjawaban
kepeda orang tua. Mahasiswa ada yang menghadapi ujian dengan santai, ada yang
menghadapi dengan galau dan ada pula yang sampai stres, itu semua tergantung persiapan
masing masing. Mengapa harus ada ujian?, bukankah lebih enak jika tidak ada
ujian. Ujian merupakan sarana evaluasi untuk mengetahui berapa ilmu yang telah
didapat setelah satu semester berkuliah. Setidaknya kita harus kembali keawal
pekuliahan atau awal semester untuk mengetahui apa niat atau tujuan kita
kuliah. Untuk mencari nilai, mencari ilmu atau mencari keduanya ilmu dan nilai.
Semua bergantung dari niat pelakunya, tetapi jangan lupa niat yang baik harus
dilakukan dengan cara yang baik pula. Dengan mengejar ilmu Inshaallah nilai
akan mengiringi, orang yang memiliki ilmu yang memadahi pasti akan memiliki
nilai yang baik. Dan ketika kita mengejar nilai, orang yang nilainya bagus
belum tentu memiliki ilmu yang memadahi. Memang ketika ingin masuk perusahaan
atau pegawai negeri nilai sangat berpengaruh. Namun di masyarakat nilai tidak
begitu diperhitungkan, yang dibutuhkan masyarakat seberapa bermanfaatnya ilmu mu untuk masyarakat.
Sebenarnya tidak ada salahnya mengejar nilai, seorang anak tentunya ingin
memberikan laporan pertanggungjawaban berupa nilai yang baik untuk orang tua. Akan
tetapi terlihat buruk ketika mengejar nilai dengan bebagai cara bahkan dengan
cara yang dilarang agama. Mungkin perlu diingat esensi ujian adalah untuk
mengetahui seberapa ilmu yang telah didapat selama kuliah dalam bentuk nilai. Ini
ajang untuk menguji diri sendiri, untuk
mengetahui seberapa kemampuan kita. Bila hasilnya kurang memuaskan kita perku
muhasabah, memang itu kemampuan kita dan perlu ditingkatkan ikhtiarnya. Mungkin
pernah terpikir, mengerjakan ujian dengan mengikuti sms jawaban yang ramai
ketika ujian nasional atau cara curang lainya. Hasilnya yang bisa dikatakan
haram itu, digunakan untuk mendaftar perguruan tinggi atau bekerja. Pekerjaan yang berasal dari nilai (haram) itu
menghasilkan uang. Uang itu yang bisa dibilang (haram), lalu untuk menafkahi
istri dan anak. Berkahkah uang itu. Naudzubillahi
mindzalik. Mungkin pemikiran ini
terlalu jauh, hasil yang dari usaha yang tidak baik yang mungkin dari sd atau
tingkat atasnya. Dapat berefek sampai
pekerjaan yang didapat dengan ijasah hasil kecurangan.Allah hu alam
(karyaku, pernah dimuat diblog http://avicennaku.blogspot.com/, dan buletin )
0 Response to " Mencari Ilmu dan Meraih Nilai dalam Ujian "
Post a Comment